当前位置:文档之家› LAPORAN KEGIATAN PROGRAM MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG

LAPORAN KEGIATAN PROGRAM MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG

LAPORAN KEGIATAN PROGRAM MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG
LAPORAN KEGIATAN PROGRAM MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG

LAPORAN KEGIATAN PROGRAM MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG PELATIHAN PENGENALAN METODE POINT INTERCEPT TRANSECT (PIT) UNTUK PENILAIAN KESEHATAN TERUMBU KARANG

Baubau Buton, Sulawesi Tenggara, 16-17 Agustus 2008 CORAL REEF INFORMATION AND TRAINING CENTER (CRITC)

CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM (COREMAP)

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI)

2008

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Monitoring kesehatan terumbu karang merupakan salah satu kegiatan utama dalam Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang di Indonesia (COREMAP-Indonesia). Kegiatan monitoring akan memberikan informasi dan data perkembangan kondisi terumbu karang baik secara parsial maupun temporal. Monitoring kesehatan terumbu karang penting dilakukan untuk mengetahui perubahan perubahan yang terjadi terhadap kondisi terumbu serta dampak yang ditimbulkan. Dengan demikian monitoring terumbu karang sangat membantu setiap komponen untuk menyusun rencana dan pelaksanaan pengelolaan terumbu karang di wilayahnya masing-masing. Monitoring terumbu karang di Indonesia telah dilakukan pada 14 lokasi terumbu karang meliputi 7 lokasi di wilayah barat dan 7 lokasi di wilayah timur dan beberapa lokasi lain sebagai kontrol.

Monitoring yang benar harus dilakukan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat dan standart. Saat ini metode yang digunakan adalah kombinasi Reef Resources Inventory (RRI) dan Line Intercept Transect (LIT) modifikasi yang dikembangkan oleh CRITC COREMAP-LIPI. Metode ini digunakan untuk monitoring skala nasional meliputi wilayah barat dan timur lokasi COREMAP. Dalam perkembanganya dengan pertimbangan rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang secara lokal spesifik dibutuhkan juga monitoring skala lokal.

Monitoring lokal dilakukan pada Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Monitoring dalam hal ini dilakukan oleh komponen COREMAP di daerah dengan melibatkan masyarakat di masing-masing lokasi. Disadari bahwa dengan keterbatasan SDM serta kebutuhan monitoring secara cepat dan dalam skala luas di daerah perlu diperkenal metode monitoring yang lebih sederhana namun tetap dalam kaidah ilmiah dan mengikuti standart yang sudah dikembangkan. Metode Point Intercept Transect (PIT) adalah metode yang dianggap paling tepat dan sudah digunakan dalam pemantauan terumbu karang oleh masyarakat di beberapa wilayah terumbu di Indonesia dan negara-negara lain. Metode PIT baru mulai diperkenalkan dalam tahun 2008, sehingga perlu disosialisasikan pada pelaksana COREMAP dan kelompok masyarakat di daerah.

Monitoring kesehatan terumbu karang lokal di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara dilakukan daerah-daerah DPL yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Saat ini jumlah SDM lokal yang terampil dalam monitoring masih sangat sedikit sedangkakan tenaga pelatihnya belum ada. Untuk itu telah dilakukan Pelatihan Pengenalan Metode PIT Untuk monitoring Kesehatan Terumbu Karang di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara pada tanggal 16-17 Agustus 2008.

Tujuan

Memperkenalkan metode penilaian kesehatan terumbu karang yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan lokal serta dapat dilakukan oleh SDM daerah

Luaran

Tersedianya SDM lokal yang mampu melakukan monitoring terhadap kesehatan terumbu karang dengan menggunakan metode Point Intercept Transect (PIT) di daerahnya serta mampu memberikan pelatihan pada kelompok masyarakat lainnya

WAKTU DAN LOKASI

Kegiatan pelatihan diselenggarakan selama 2 hari pada tanggal 16-17 Agustus 2008. Penetapan waktu dua hari dirasa cukup mengingat peserta yang ikut adalah tenaga lokal yang sudah pernah mengikuti Training Selam Dasar dan Metodologi Penilian Kondisi Terumbu Karang (MPTK), sehingga peserta sudah memiliki dasar selam, cara pencatatan data dan pengetahuan tentang biota laut khususnya di terumbu karang. Lokasi pelatihan diadakan di kota Baubau Buton, Sulawesi Tenggara meliputi materi ruang (perkuliahan) dan simulasi di kantor COREMAP II Kabupaten Buton. Untuk pemilihan lokasi prakatek lapangan perlu mempertimbangkan keterwakilan data yang akan diambil serta memperhatikan keselamatan dan kemudahan akses ke lokasi tersebut. Berdasarkan pertimbangan di atas telah ditetapakan perairan pantai….. sebagai lokasi praktek lapangan. Perairan pantai…. berjarak sekitar… km dari kota Bau-bau dan dapat dijangkau lewat jalan darat selama 10-15 menit. Disamping itu perairan pantai…. Juga merupakan lokasi wisata dan area budidaya rumput laut oleh masyarakat.

A B Gambar 1. A). Materi ruang dan simulasi metode PIT di kantor COREMAP II Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara dan B). Perairan Panta…… sebagai

lokasi praktek lapangan

RUANG LINGKUP

Materi dan pembelajaran pelatihan meliputi, 1). Pengenalan Metode PIT, 2). Pengenalan kategori bentik PIT-COREMAP, megabenthos dan ikan karang, 3). Data sampling, dan 4). Data entri. Penganalan kategori bentik untuk metode PIT hanya sebatas lifeform, namun sangat disaran sampai tingkatan genus atau spesies. Masing-masing materi merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk pelaksanaan monitoring dengan menggunakan metode PIT. Untuk materi data entri baru hanya sebatas pemasukan data lapangan antara lain dekripsi lokasi serta hasil pencatatan data bentik, megabenthos dan ikan karang hasil transek PIT.

METODE

Pendekatan pelatihan memberikan penekanan pada cara atau metode pembelajaran yang tepat dengan memperhatikan kondisi lokal dan kemampuan peserta. Pemberian materi di ruangan dilakukan dengan cara perkuliahan langsung. Pengembangan dan eksploitasi materi lebih luas dilakukan dengan cara diskusi dan tanya jawab dengan menggunakan istilah dan bahasa lokal. Porsi lebih besar dalam penguasaan materi

diberikan dalam bentuk simulasi dan praktek lapangan dibanding perkuliahan yaitu 60:40. Pendekatan pembelajaran dalam pelatihan juga menggunakan alat bantu dan bahan peraga seperti komputer dan proyektor, buku pengenalan biota dan sample biota.dan laminating biota

PESERTA DAN INSTRUKTUR/NARASUMBER

Peserta yang dipilih adalah SDM lokal yang terlibat langsung dengan pelaksanaan kegiatan Program COREMAP di daerah antara lain staf CRITC dan komponen CBM (motivator, CF dan CETO), instansi terkait dan pokmas. Persyaratan peserta adalah memiliki kemampuan renang dan selam (SCUBA) serta diutamakan yang telah mengikuti pelatihan Metodologi Pemantauan Kondisi Terumbu Karang (MPTK) Dasar dan Lanjutan. Peserta pelatihan berasal komponen COREMAP, instansi dan komponen terkait Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Hasil identifikasi ditetapkan 6 orang peserta yang berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan serta staf COREMAP II Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.

Gambar 2. Peserta dan instruktur pelatihan Metode PIT, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.

Instruktur berasal dari CRITC COREMAP LIPI Jakarta. Instruktur dan narasumber setidaknya terdiri dari dua orang yang menguasai bio-ekologi dan identifikasi biota bentik terumbu dan ikan karang. Disamping itu seorang instruktur juga mempunyai pengalaman dan sudah pernah melakukan penilaian kesehatan terumbu karang dengan menggunakan metode PIT.

PELAKSANAAN

A.Perkuliahan

Perkuliahan dilaksanakan selama satu (1) hari pada tanggal 16 Agustus 2008 di kantor COREMAP II Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Penyampaian materi oleh instruktur/narasumber dilakukan dengan cara presentasi langsung menggunakan slide proyektor program power point dan ceramah dengan waktu berkisar 2-3 jam. Untuk materi pengenalan biota bentik terumbu dan ikan karang dilengkapi dengan peragaaan photo dan video serta buku panduan pengenalan biota.

A B Gambar 3. Suasana perkuliahan, A). Peserta pelatihan dan B). Penyampaian materi

Materi perkuliahan meliputi teori mengenai metode PIT, pengenalan biota laut, bentik life form dan pengkodeaanya, cara pencatatan data Metode PIT serta entri data lapangan. Materi Pengenalan Metode PIT menjelaskan definisi dan metode-metode yang digunakan untuk monitoring kesehatan terumbu karang di dunia, metode PIT, teknik sampling dan cara pencatatan data, alat dan bahan serta personil yang dibutuhkan. Materi ini juga memaparkan bagaimana cara entri data, pengolahan dan analisanya. Penekanan pemberian materi perkuliahan menjelaskan bahwa dalam sebuah monitoring harus menggunakan metode yang sederhana, standart dan dapat dilakukan oleh semua orang

Materi pengenalan biota laut meliputi biota-biota yang menjadi indikasi kesehatan terumbu karang antara lain biota bentik terumbu, ikan karang dan mega benthos. Ruang lingkup materi pengenalan biota meliputi biologi dan ekologi, sistematik dan taksonomi, cara pencatatan dan pengkodeaannya dalam metode PIT serta indikasi lingkungan yang diberikan dalam ekosistem terumbu karang. Pengenalan biota bentik adalah semua biota dasar perairan baik sessil maupun motil yang berassosiasi dengan terumbu meliputi biota Karang (komponen utama terumbu), Karang Lunak (soft coral), Sponge, Moluscha, Crustacea, Echinodermata, ikan karang dan Makro Algae. Pengenalan juga dilakukan pada bentik abiotis meliputi dasar berpasir (sand), patahan karang mati (ruble), dan batuan (rock). Untuk mempermudah dalam pencatatan data setiap kategori bentik baik biota benthos maupun bentik abiotis dikelompokan dan masing-masing diberi kode. Penekanan dalam materi ini dalah teknik-teknik dasar identifikasi biota, pengelompokan dan pengkodean serta cara pencatatannya.

Materi data entri adalah penjelasan tentang tata cara pencatatan data lapangan untuk sistem database dengan program exel. Materi ini meliputi operasional program entri

(exel), pengelompokan data dan penyimpanan. Materi ini disampaikan secara kolektif oleh tim instruktur/narasumber.

B. Simulasi dan Praktek Lapangan

Simulasi dilaksanakan untuk memudahkan peserta dalam pengambilan dan pencatatan data yang sebenarnya. Simulasi yang dilakukan meliputi teknik sampling dan cara pencatatan data dalam metode PIT.

A B Gambar 4. A).Simulasi pengambilan data dan B). Persiapan alat selam (SCUBA) Dalam simulasi metode PIT pertama sekali dilakukan adalah membuat transek garis dengan membentangkan meteran sepanjang 10 meter (mewakili panjang 25 meter). Selanjutnya di sekitar dan di bawah meteran disebar secara acak sampel biota-biota laut dan kategori bentik lainnya. Secara bergilir masing-masing peserta melakukan pencatatan data meliputi bentik life form, ikan karang dan mega benthos.

A B Gambar 5. A). Pengambilan data dengan metode PIT. B). Salah satu point (titik) yang dicatat dalam metode PIT

Prkatek lapangan adalah sampling dan pencatatan data metode PIT langsung di lapangan. Transek dilakukan pada terumbu karang di perairan Pantai……….. Salah seoarang peserta menarik garis transek (rol meter) sepanjang 25 meter, kemudian masing-masing peserta secara berkelompok melakukan pencatatan data pada transek tersebut. Pencatatan bentik lifeform dilakukan hanya pada titik (point) yang telah ditentukan yaitu berjarak 50 cm dengan titik berikutnya sepanjang transek 25 meter. Megabenthos sebagai biota indicator dicatat jenis dan jumlah dalam luasan 2 x 25 meter. Sedangkan pencatatan data ikan karang meliputi jenis dan jumlah dilakukan

dengan cencus visual dalam luasan 5 x 25 meter. Dalam pelatihan ini setiap peserta melakukan pencatatan terhadap bentik life form, mega benthos dan ikan karang.

Data Entri

Entri data dilakukan oleh masing-masing peserta dari hasil pencatatan praktek lapangan. Data yang telah dientri dikelompokan berdasarkan masing-masing peserta kemudian dibahas dan diskusikan bersama.

Gambar 6. Kegiatan entri data lapangan dan diskusinya

EVALUASI

Pendekatan evaluasi dilakukan dengan cara pengisian lembaran isian (kuisoner) dan jajak pendapat peserta. Untuk menjamin subjektifitas dan objektifitas evaluasi dilakukan secara individual dan rahasia (tidak mencatumkan nama). Berikut adalah hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan oleh peserta.

A. Penilaian

1.Pelaksanaan Pelatihan

Gambar 7. Penilaian peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan

Pelaksanaan Pelatihan Pengenalan Metode PIT di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara dapat diselenggarakan dengan baik. Alokasi waktu yang disediakan serta

target pelatihan dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan. Hasil penilaian peserta secara umum terhadap pelekasanaan keseluruhan penyelenggaran adalah sangat baik (Gambar 7). Fasilitas yang digunakan cukup memadai dan membantu kegiatan pelatihan dengan pengorganisasian berjalan dengan baik. Dari penilaian peserta menunjukan bahwa fasilitas yang digunakan cukup baik serta pengorganisasian selama pelatihan dilakukan dengan baik (Gambar 7). Pengorganisasian di tingkat lokal sepenuhnya dilkasanakan oleh staf COREMAP II Kabupaten Buton antara lain pemilihan peserta, persiapan ruang dan peralatan, akomodasi dan transportasi.

Gambar 8. Penilaian perserta terhadap manfaat pelatihan

Pelatihan bagi peserta sangat bermanfaat dan mendukung pekerjaanya selama ini. Sebagian besar peserta adalah personil yang terlibat langsung dengan kegiatan COREMAP II di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Dalam pelatihan peserta dibekali pengetahuan Metode PIT untuk monitoring kesehatan terumbu karang antara lain keterampilan pengambilan data, pembahasan dan analisa dan pengambilan kesimpulan. Hal ini sangat membantu dalam pekerjaan monitoring, CBM dan penyadaran bagi masyarakat. Sebagaian peserta merasakan manfaat pelatihan serta merasa sangat mendukung terhadap pekerjaanya selama ini (Gambar 8).

2.Praktek Pelatihan

Gambar 9. Penilaian peserta terhadap batasan dan ruang lingkup materi pelatihan.

Batasan materi dan ruang lingkupnya dirasa cukup oleh peserta dalam pelatihan. Materi pelatihan disusun berdasarkan sebaran materi meliputi pengenalan metode PIT sebagai materi pokok, Identifikasi biota dan bentik lifeform serta data sampling sebagi materi inti dan data entri sebagai materi pendukung. Sebagaian besar peserta mengatakan materi yang disampaikan cukup (Gambar 9)

Gambar 10. Penilian peserta terhadap materi yang disampaikan

Pemberian materi pelatihan yang baik adalah sejauh mana materi tersebut dapat dimengerti dan diserap oleh peserta. Pemberian materi yang baik dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dengan peserta, fasilitas yang ada serta model pendekatan pembelajaran yang diberikan. Penyampaian materi dalam dirasa cukup baik dan dapat dimengerti oleh peserta. Sebagain peserta menilai materi yang dampaikan cukup baik dan sampai sangat baik (Gambar 10).

Gambar 11. Penilaian peserta terhadap materi berdasarkan tingkat kesulitan

Materi terdiri dari tiga sub materi yaitu Identifikasi biota dan bentik lifeform, data sampling dan entri data. Sebagian besar peserta menyatakan bahwa identifikasi biota dan bentik lifeform adalah materi yang sulit, sedangkan materi paling mudah adalah data entri. Untuk itu sebagaian besar peserta berpendapat bahwa materi identifikasi biota dan bentik lifeform musti dilanjutkan (Gambar 11). Kesulitan materi lebih disebabkan oleh terbatasnya waktu pelatihan yang diberikan.

Gambar 12. Penilaian peserta terhadap kemampuan monitoring

Hampir sebagain besar peserta mengatakan bahwa kemampuan monitoring baik untuk DPL maupun pencatatan bentik lifeform masih belum cukup (Gambar 12). Kemampuan monitoring dapat ditingkatkan dengan melakukan training lanjutan dan monitoring secar reguler.

3.Waktu Pelatihan

Gambar 13. Penilaian peserta terhadap waktu pelatihan

Pelatihan diselenggarakan hanya selama 2 hari. Seluruh peserta menyatakan bahwa waktu pelatihan terlalu pendek (Gambar 13). Keterbatasan waktu sangat dirasakan untuk meteri ruang terutama penyampaian materi identifikasi biota serta praktek di lapangan.

4.Narasumer/instruktur

Gambar 14. Penilaian peserta terhadap narasumber/instruktur

Narasumber/instruktur pelatihan berasal dari CRITC COREMAP LIPI Jakarta. Rata-rata peserta menyatakan bahwa narasuber/instruktur dalam pelatihan cukup baik dalam memberikan materi (Gambar 13). Narasumber/instruktur dalam pelatihan ini adalah tenaga monitoring terumbu karang secara nasional dan telah berpengalaman dalam monitoring kesehatan terumbu karang mengguanakan Metode PIT.

B.Saran dan Masukan

Evaluasi dilakuakn juga melalui saran dan masukan dari peserta. Berikut adalah saran dan masukan yang diberikan peserta selama penyelenggaraan pelatihan

Tabel 1. Saran dan masukan dari peserta

NO SARAN DAN MASUKAN

1 Perlu metode dan pelatihan khusus pengenalan dan identifikasi biota laut

2 Waktu penyelenggaran pelatihan ditambah

3 Frekuensi pelatihan yang sama perlu ditingkatkan

4 Kesiapan peralatan lapangan terutama alat selam (SCUBA)

Dari saran dan masukan peserta terlihat bahwa waktu pelatihan paling banyak diberi masukan. Disamping itu banyak juga saran dan masukan yang memberikan ide dan usulan untuk kesempurnaan pelatihan PIT selanjutnya.

REKOMENDASI

Dari hasil pelaksanaan pelatihan serta hasil evaluasi yang diberikan berikut direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:

?Pelatihan perlu dilanjutkan ditingkat local untuk lebih meningkat kemampuan SDM yang sudah ada serta memberikan pelatihan yang sama pada pokmas di masing-masing DPL

?Menambah waktu pelatihan terutama untuk simulasi dan prekatek lapangan ?Sangat disarankan untuk pelatihan khusus pengenalan dan identifikasi biota laut PENUTUP

Pelaksanaan training Pengenalan Metode PIT untuk Monitoring Kesehatan Terumbu Karang di Kabupaten buton, Sulawesi Tenggara dapat berjalan lancar dan sesuai dengan yang direncanakan. Namun disadari banyak hal-hal yang masih harus diperbaiki dan disempurnakan untuk pelaksanaan pelatihan yang akan datang. Kedepan diharapkan peserta yang telah mengikuti pelatihan selalu meningkatkan kemampuannya dengan memperbanyak latihan dan pengalaman di lapangan. Oleh karena itu pelaksanaan monitoring daerah secara regular sangat dbutuhkan untuk menigkatkan kemampuannya dan keterampilan peserta. Kepada semua pihak kami ucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya selama pelaksanaan kegiatan pelatihan terutama CRITC COREMAP II Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara serta komponen COREMAP lainnya.

相关主题
文本预览
相关文档 最新文档